1. Jelaskan tentang perkembangan jaringan computer sebagai
sarana yang digunakan dalam proses telematika!
Pertama adalah periode
rintisan yang berlangsung akhir tahun 1970-an sampai dengan akhir tahun 1980-an.
Periode kedua disebut pengenalan, rentang wktunya adalah tahun 1990-an, dan
yang terakhir adalah periode aplikasi. Periode ketiga ini dimulai tahun 2000.
a. Periode Rintisan
Aneksasi
Indonesia terhadap Timor Portugis, peristiwa Malari, Pemilu tahun 1977, pengaruh
Revolusi Iran, dan ekonomi yang baru ditata pada awal pemerintahan Orde Baru, melahirkan
akhir tahun 1970-an penuh dengan pembicaraan politik serta himpitan ekonomi. Sementara
itu sejarah telematika mulai ditegaskan dengan digariskannya arti telematika
pada tahun 1978 olehwarga Prancis.
Mulai
tahun 1970-an inilah Toffler menyebutnya sebagai zaman informasi. Namun
demikian, dengan perhatian yang minim dan pasokan listrik yang terbatas,
Indonesia tidak cukupmengindahkan perkembangan telematika.
Memasuki
tahun 1980-an, perubahan secara signifikanpun jauh dari harapan. Walaupun
demikian, selama satu dasawarsa, learn to
use teknologi informasi, telekomunikasi, multimedia, mulai dilakukan.
Jaringan telpon, saluran televisi nasional, stasiun radio nasional dan
internasional, dan komputer mulai dikenal di Indonesia, walaupun penggunanya
masih terbatas. Kemampuan ini dilatarbelakangi oleh kepemilikan satelit dan perekonomian
yang meningkat dengan diberikannya penghargaan tentang swasembada pangan dari
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) kepada Indonesia pada tahun 1984.
Setahun
sebelumnya di Amerika Serrikat, tepatnya tanggal 1 Januari 1983, internet diluncurkan.
Sejak ARPAnet (Advance Research Project Agency) dan NSFnet (National Science
Foundation) digabungkan, pertumbuhan jaringan semakin banyak, dan pada pertengahan
tahun, masyarakat mulai memandangnya sebagai internet.
Penggunaan
teknologi telematika oleh masyarakt Indonesia masih terbatas. Sarana kirim
pesan seperti yang sekarang dikenal sebagi email dalam suatu group, dirintis
pada tahun 1980-an. Mailinglist (milis) tertua di Indonesia dibuat olehJhhny
Moningka dan Jos Lukuhay, yang mengembangkan perangkat "pesan"
berbasis "unix", "ethernet", pada tahun 1983, persis
bersamaan dengan berdirinya internet sebagai protokol resmi di Amerika Serikat.
Pada tahun- tahun tersebut, istilah "unix", "email",
"PC", "modem", "BBS", "ethernet", masih
merupakan kata-kata yang sangat langka.
Periode
rintisan telematika ini merupakan masa dimana beberapa orang Indonesia belajar
menggunakan telematika, atau minimal mengetahuinya. Tahun 1980-an, teleconference
terjadwal hampir sebulan sekali di TVRI (Televisi Republik Indonesia) yang menyajikan
dialog interaktif antara Presiden Suharto di Jakarta dengan para petani di luar
jakarta, bahkan di luar pulau Jawa. Pada pihak akademisi dan praktisi praktisi
IT (Information and Technology), merekam penggunaan internet sebagai berikut.
Menjelang
akhir tahun 1980-an, tercatat beberapa komunitas BBS, seperti Aditya (Ron
Prayitno), BEMONET (BErita MOdem NETwork), JCS (Jakarta Computer Society - Jim
Filgo), dan lain-lain. Konon, BEMONET cukup populer dan bermanfaat sebagai penghilang
stress dengan milis seperti "JUNK/Batavia". Di kalangan akademis,
pernah ada UNInet dan Cossy. UNINET merupakan sebuah jaringan berbasis UUCP
yang konon pernah menghubungkan Dikti, ITS, ITB, UI, UGM, UnHas, dan UT. Cossy pernah dioperasikan dengan
menggunakan X.25 dengan pihak dari Kanada. Milis yang kemudian muncul menjelang
akhir tahun 1980-an ialah the Indonesian Development Studiesi (IDS) (Syracuse, 1988);
UKIndonesian (UK, 1989); INDOZNET (Australia, 1989); ISNET (1989); JANUS (Indonesians@janus.berkeley.edu),
yang saking besarnya sampai punya beberapa geographical relayers; serta
tentunya milis kontroversial seperti APAKABAR.
Jaringan
internet tersebut, terhubungakan dengan radio. Medio tahun 1980 diisi dengan
komunikasi internasional melalui kegiatan radio amatir, yang memiliki komunitas
dengan nama Amatir Radio Club (ARC) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Bermodalkan pesawattransceiver HF SSB Kenwood TS 430 dengan computer Apple II,
sekitar belasan pemuda ITB menghubungkan server BBS amatir radio seluruh dunia,
agar email dapat berjalan lancar.
b. Periode Pengenalan
Periode
satu dasawarsa ini, tahun 1990-an, teknologi telematika sudah banyak digunakan
dan masyarakat mengenalnya. Jaringan radio amatir yang jangkauannya sampai ke luar negeri marak pada
awal tahun 1990. hal ini juga merupakan efek kreativitas anak muda ketika itu, setelah
dipinggirkan dari panggung politik, yang kemudian disediakan wadah baru dan dikenal
sebagai Karang Taruna. Pada sisi lain, milis yang mulai digagas sejak tahun
1980-an, terus berkembang.
Internet
masuk ke Indonesia pada tahun 1994, dan milis adalah salah satu bagian dari
sebuah web. Penggunanya tidak terbatas pada kalangan akademisi, akan tetapi
sampai ke meja kantor. ISP (Internet Service Provider) pertama di Indonesia
adalah IPTEKnet, dan dalam tahun yang sama, beroperasi ISP komersil pertama,
yaitu INDOnet. Dua tahun keterbukaan informasi ini, salahsatu dampaknya adalah
mendorong kesadaran politik dan usaha dagang. Hal ini juga didukung dengan
hadirnya televise swasta nasional, seperti RCTI (Rajawali Citra Televisi) dan
SCTV (Surya Citra Televisi) pada tahun 1995-1996.
Teknologi
telematika, seperti computer, internet, pager, handphone, teleconference, siaran
radio dan televise internasional - tv kabel Indonesia, mulai dikenal oleh
masyarakat Indonesia. Periode pengenalan telematika ini mengalami lonjakan
pasca kerusuhan Mei 1998. Masa krisis
ekonomi ternyata menggairahkan telematika di Indonesia. Disaat keterbukaan yang
diusung gerakan moral reformasi, stasiun televise yang syarat informasi seperti
kantor berita CNN dan BBC, yakni Metro Tv, hadir pada tahun 1998. Sementara
itu, kapasitas hardware mengalami peningkatan, ragam teknologi software terus
menghasilkan yang baru, dan juga dilanjutkan mulaibergairahnya usaha pelayanan
komunikasi (wartel), rental computer, dan warnet (warung internet). Kebutuhan
informasi yang cepat dan gegap gempita dalam menyongsong tahun 2000, abad 21,
menarik banyak masyarakat Indonesia untuk tidak mengalami kesenjangan digital
(digital divide).
Pemerintah
yang masih sibuk dengan gejolak politik
yang kemudian diteruskan dengan upaya
demokrasi pada Pemilu 1999, tidak menghasilkansuatu keputusan terkait perkembangan telematika di Indonesia. Dunia pendidikan
juga masih sibuk tambal sulam kurikulum sebagai dampak perkembangan politik
terbaru, bahkan proses pembelajaran masih menggunakan cara-cara konvensional. Walaupun
demikian, pada tanggal 15 Juli 1999, arsip pertama milis Telematika dikirim
oleh Paulus Bambang Wirawan, yakni sebuah permulaan mailinglist internet
terbesar di Indonesia
c. Periode Aplikasi
Reformasi
yang banyak disalahartikan, melahirkan gejala yang serba bebas, seakan tanpa aturan.
Pembajakan software, Hp illegal, perkembangan teknologi computer, internet, dan
alat komunikasi lainnya, dapat denganb mudah diperoleh, bahkan dipinggir jalan
atau kios-kios kecil. Tentunya, dengan harga murah. Keterjangkauan secara
financial yang ditawarkan, dan gairah dunia digital di era millennium ini,
bukan hanya mampu memperkenalkannya kepada masyarakat luas, akan tetapi juga
mualai dilaksanakan, diaplikasikan. Pada pihak lain, semua itu dapat berlangsung
lancar, dengan tersedianya sarana transportasi, kota-kota yang saling
terhubung, dan industri telematika dalam negeri yang terus berkembang.
Awal
era millennium inilah, pemerintah Indonesia serius menaggapi perkembangan telematika
dalam bentuk keputusan politik. Kebijakan pengembangan yang sifatnya formal "top-down"
direalisasikan dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 50 Tahun 2000 tentang
Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI), dan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001
tentang Pendayagunaan Telematika. Dalam bidang yang sama, khususnya terkait dengan
pengaturan dan pelaksanaan mengenai nernagai bidang usaha yang bergerak di
sector telematika, diatur oleh Direktorat Jendral Aplikasi Telematika (Dirjen
Aptel) yang kedudukannya berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri
Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia.
Selanjutnya,
teknologi mobile phone begitu cepat pertumbuhannya. Bukan hanya dimiliki oleh
hamper seluruh lapisan masyarakat Indonesia, fungsi yang ditawarkan terbilang canggih.
Muatannya antara 1 Gigabyte, dapat berkoneksi dengan internet juga stasiun televise,
dan teleconference melalui 3G. Teknologi
computer demikian, kini hadir dengan skala tera (1000 Gigabyte), multi
processor, multislot memory, dan jaringan internet berfasilitas wireless access
point. Bahkan, pada café dan kampus tertentu, internet dapat diakses dengan
mudah, dan gratis. Terkait dengan hal tersebut, Depkominfo mencatat bahwa sepanjang tahun 2007 yang lalu, Indonesia
telah mengalami pertumbuhan 48% persen terutama di sektor sellular yang
mencapai 51% dan FWA yang mencapai 78% dari tahun sebelumnya.
Selain
itu, dilaporkan tingkat kepemilikan komputer pada masyarakat juga mengalami pertumbuhan
sangat signifikan, mencapai 38.5 persen. Sedangkan angka pengguna Internet mencapai
jumlah 2 juta pemakai atau naik sebesar 23 persen dibanding tahun 2006. Tahun 2008
ini diharapkan bisa mencapai angka pengguna 2,5 juta. Data statistik tersebut
menunjukkan aplikasi telematika cukup signifikan di Indonesia. Namun demikian,
telematika masih perlu disosialisasikan lebih intensif kepada semua lapisan masyarakat
tanpa terkecuali. Pemberdayaan manusianya, baik itu aparatur Negara ataupun non- pemerintah, harus terus
ditumbuhkembangkan.
Selama
perkembangan telematika di Indonesia sekitar tiga dasawarsa belakangan ini, membawa
implikasi diberbagai bidang. Kemudahan yang disuguhkan telematika akan meningkatkan
kinerja usaha, menghemat biaya, dan memperbaiki kualitas produk. Masyarakat
juga mendapat manfaat ekonomis dan peningkatan kualitas hidup.
Peluang
untuk memperoleh informasi bernuansa porno dan bentuk kekerasan lainnya, dapat terealisir. Di lain pihak, segi individualis
dan a-sosial amat mungkin akan banyak menggejala di masyarakat. Walaupun
demikian, masih banyak factor lain yang
dapat mempengaruhi perilaku masyarakat tertentu dan factor yang sama dapat
berdampak lain pada lingkungan yang berbeda.
Sejak
AS, sebagai negara yang paling awal mempunyai inisiatif dalam pembangunan superhighways
informasi, meluncurkan The National Infrastructure Information-nya pada tahun
1991, banyak negara industri lainnya mengikutinya. Bulan Februari 1996 Inggris
dan Jerman memperkenalkan kebijakan-kebijakan superhighways informasi mereka,
yaitu The Information Society Initiative di Inggris dan program The Info 2000
di Jerman.
Tak
lama kemudian di tahun 1996, negara di Asia Tengah mengikutinya, seperti Filipina
dengan Tiger, Malaysia dengan Multimedia Super Corridor (MSC) dan Singapura dengan
Singapore-ONE. Dan di tahun 1997 Indonesia meluncurkan kebijakan superhighways informasi
dengan nama Nusantara 21.
Beda
antara Nusantara 21 dengan kebijakan superhighways informasi negara lain
dapat dijelaskan oleh 4
hal yaitu :
a.
Evolusi Teknologi, Teknologi terus berubah. Prakiraan
perkembangan teknologi di masa mendatang sangat beragam. Di antara banyak
negara tidak ada persetujuan mengenai kebutuhan untuk menghubungkan dengan
kabel tempat-tempat paling jauh. Beberapa pakar berfikir bahwa teknologi
wireless yang didukung oleh satelit dengan orbit rendah mungkin dapat mewujudkan
komunikasi broadband dengan baik. Di Indonesia tampaknya terjadi evolusi
teknologi yang unik. Mengingat masyarakat Indonesia sebagian besar tinggal di
pedesaan dan banyak yang buta huruf, sehingga tampaknya teknologi visual dan
pembicaraan (speech) akan lebih mendapat tempat di masyarakat daripada teknologi
informasi dengan tulisan (text).
b.
Struktur pasar dan strategi industri, Para aktor strategi
industri yang terlibat dalam pembuatan superhighways informasi tidak
tergantung pada negara dimana mereka tinggal.
Strategi-strategi dari para aktor utama dalam industri content juga menggambarkan
ketidakpastian mengenai masa depan peralatan layanan informasi yang akan
digunakan. Karena tergantung struktur pasar, bisa jadi di masa depan strategi
yang tepet berada dalam pilihan alternatif antara lain multimedia ( seperti
CD-ROM, perangkat lunak PC dan piringan video digital) atau kabel (seperti TV
kabel, telekomunikasi kabel dengan serat optic) atau jejaring telekomunikasi
dari berbagai jenis teknologi telekomunikasi. Di Indonesia struktur pasarnya
cukup beragam, ada wilayah urban, suburbia, dan rural. Untuk urban semua
alternatif seperti multimedia, kabel, jejaring, telekomunikasi dapat
dipertimbangkan. Tetapi untuk daerah
suburbia dan rural, tampaknya yang paling tepat adalah jejaring telekomunikasi
dari berbagai teknologi yang sebelumnya telah ada dan tinggal mengalami
beberapa penyempurnaan, oleh karena itu Nusantara 21 dipersiapkan mengadopsi
jejaring telekomunikasi dari berbagai jenis teknologi telekomunikasi.
c.
Penyusunan Institusional, Kebijakan – kebijakan
superhighways informasi melibatkan berbagai badan atau agen pemerintah yang
berkoordinasi secara fungsional, sektoral ataupun territorial. Dalam fungsinya,
di AS atau Inggris, pemerintah tidak mengontrol seluruh proses kebijakan karena
telah ada agen-agen regulasi independent. Secara sektoral, konflik dan
persaingan institusional dapat terjadi di antara departemen pemerintah. Di
Indonesia yang berperan dalam N21 merupakan tim yaitu Tim Koordinasi Telematika
Indonesia (TKTI) yang melibatkan banyak menteri sesuai keppres 30 tahun 1997.
Hal ini menunjukkan peran pemerintah Indonesia masih sangat besar dibandingkan peran
swasta, masyarakat dan lain-lain. Adapula institusi yang lemah posisinya
daripada TKTI, yaitu Kelompok Kerja Penyusunan Konsep Buku Nusantara 21 yang
terdiri dari 14 kelompok yang terdiri dari wakil Telkom, Indosat, dan
Universitas.
d.
Akomodasi terhadap nilai – nilai nasional, Walaupun label
“masyarakat informasi” yang sama digunakan di berbagai negara, visi sosial yang
dikandungnya memiliki content local yang unik, yang berpijak pada nilai-nilai
sosial dasar masing-masing masyarakat setiap negara. Di Indonesia, konsep
superhighways informasi N21 tidak terlepas dari aspek Wawasan Nusantara yang
heterogen dan Ketahanan Nasional, baik dari segi ekonomi, sosial, politik,
serta pertahanan keamanan, yang telah muncul sejak adanya konsep satelit.
Bahkan N21 sesungguhnya merupakan pemutakhiran dari Palapa, dengan tetap
menggunakan pendekatan pada nilai-nilai yang
mempersatukan nusantara. Selain itu, N21 tercakup juga dalam program
Multimedia Asia (M2A), program yang bertujuan mempersatukan wlayah Asia melalui
telematika.
e.
Interaksi dengan kebijakan-kebijakan publik lainnya, Melalui tiga analisis yang umumnya dilakukan
di semua negara (daya saing ekonomi, perbaikan kondisi sosial, liberalisasi
telekomunikasi), juga analisis spesifik untuk masing- masing negara, kebijakan
superhighways juga dihubungkan kepada kebijakan-kebijakan publik lainnya.
Di
Indonesia, Nusantara 21 berkaitan dengan kebijakan – kebijakan mengenai daya saing
ekonomi masyarakat Indonesia menghadapi pasar global, kebijakan pengurangan kesenjangan
antara lapisan sosial ekonomi, kebijakan pertumbuhan industri nasional khususnya
industri teknologi telekomunikasi, kebijakan perbaikan kondisi sosial
masyarakat, kebijakan peningkatan pendidikan dan pengajaran serta kebijakan
melestarikan kebudayaan nasional.
Sedangkan
mengenai kebijakan liberalisasi telekomunikasi tampaknya tidak terlalu mendapat
dukungan. Swasta dilibatkan tetapi masih terbatas. Tetapi yang tampaknya terpenting
dan khas dari N21 adalah interaksinya dengan kebijakan persatuan dan kesatuan
Indonesia dan pertahanan keamanan yang sangat kiat tidak lepas dari nilai-nilai Wawasan Nusantara
dan Ketahanan Nasional
Ragam Bentuk Telematika
Ragam bentuk yang akan
disajikan merupakan aplikasi yang sudah berkembang diberbagai sektor, maka
tidak menutup kemungkinan terjadi tumpang tindih. Semua kegiatan dengan istilah
work and play dapat menggunakan telematika sebagai penunjang kinerja usaha semua
usaha dalam semua sektor, sosial, ekonomi dan budaya. Bentuk-brntuk trsebut adalah.
1. E-goverment
E-goverment dihadirkan
dengan maksud untuk administrasi pemerintahan secara elektronik. Di Indonesia
ini, sudah ada suatu badan yang mengurusi tentang telematika, yaitu Tim
Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI). TKTI mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan
dan mempelopori program aksi dan inisiatif untuk menigkatkan perkembangan dan
pendayagunaan teknologi telematika di Indonesia, serta memfasilitasi dan
memantau pelaksanaannya.
Tim tersebut memiliki
beberapa terget. Salah satu targetnya adalah pelaksanaan pemerintahan online
atau e-goverment dalam bentuk situs/web internet. Dengan e-goverment, pemerintah
dapat menjalankan fungsinya melalui sarana internet yang tujuannya adalah memberi
pelayanan kepada publik secara transparan sekaligus lebih mudah, dan dapat diakses
(dibaca) oleh komputer dari mana saja.
E-goverment juga
dimaksudkan untuk peningkatan interaksi, tidak hanya antara pemerintah dan
masyarakat, tetapi juga antar sesama unsur pemerintah dalam lingkup nasional,
bahkan intrernasional. Pemerintahan tingkat provinsi sampai kabupaten kota,
telah memiliki situs online. Contohnya adalah DPR, DKI Jakarta, dan Sudin
Jaksel. Isi informasi dalam e-goverment, antara lain adalah profil wilayah atau
instansi, data statistik, surat keputusan, dan bentuk interaktif lainnya.
2. E-commerce
Prinsip e-commerce tetap
pada transaksi jual beli. Semua proses
transaksi perdagangan dilakukan secara elektronik. Mulai dari memasang iklan
pada berbagai situs atau web, membuat pesanan atau kontrak, mentransfer uang,
mengirim dokumen, samapi membuat claim.
Luasnya wilayah
e-commerce ini, bahkan dapat meliputi perdagangan internasional, menyangkut
regulasi, pengiriman perangkat lunak (soft ware), erbankan, perpajakan, dan banyak
lagi. E-commerce juga memiliki istilah lain, yakni e-bussines. Contoh dalam
kawasan ini adalah toko online, baik itu toko buku, pabrik, kantor, dan bank
(e-banking). Untuk yang disebut terakhir, sudah banyak bank yang melakukan
transaksi melalui mobile phone, ATM (Automatic Teller Machine - Anjungan Tunai
Mandiri) , bahkan membeli pulsa.
3. E-learning
Globalisasi telah
menghasilkan pergeseran dalam dunia pendidikan, dalri pendidikan tatap muka
yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Di Indonesia sudah berkembang
pendidikan terbuka dengan modus belajar jarah jauh (distance lesrning) dengan media
internet berbasis web atau situs.
Kenyataan tersebut dapat
dimungkinkan dengan adanya teknologi telematika, yang dapat menghubungkan guru
dengan muridnya, dan mahasiswa dengan dosennya. Melihat hasil perolehan belajar
berupa nilai secara online, mengecek jadwal kuliah, dan mengirim naskah tugas,
dapat dilakukan.
Peranan web kampus atau
sekolagh termasuk cukup sentral dalam kegiatan pembelajaran ini. Selain itu,
web bernuansa pendidikan non-institusi, perpustakaan online, dan interaksi
dalam group, juga sangatlah mendukung. Selain murid atau mahasiswa, portal e-learning
dapat diakses oleh siapapun yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis usia, maupun
pengalaman pendidikan sebelumnya.
Hampir seluruh kampus di
Indonesia, dan beberapa Sekolah Menegah Atas (SMA), telah memiliki web. Di DKI
Jakarta, proses perencanaan pembelajaran dan penilaian sudah melalui sarana
internet yang dikenal sebagai Sistem Administrasi Sekolah (SAS) DKI, dan
ratusan web yang menyediakan modul-modul belajar, bahan kuliah, dan hasil
penelitian tersebar di dunia internet.
Bentuk telematika lainnya
masih banyak lagi, antara lain ada e-medicine, elaboratory, e- technology,
e-research, dan ribuan situs yang memberikan informasi sesuai bidangnya. Di
luar berbasis web, telematika dapat berwujud hasil dari kerja satelit,
contohnya ialah GPS (Global Position System), atau sejenisnya seperti GLONAS
dan GALILEO, Google Earth, 3G, dan kini 4G, kompas digital, sitem navigasi
digital untuk angkutan laut dan udara, serta teleconference.
2.
Jelaskan
tentang keuntungan dan kerugian :
a. Teknologi
peer-to-peer :
Keuntungan Jaringan Peer To Peer
1.
Antar
komputer dalam jaringan dapat saling berbagi-pakai fasilitas yang dimilikinya
seperti: harddisk, drive, fax/modem, printer.
2.
Biaya
operasional relatif lebih murah dibandingkan dengan tipe jaringan
client-server, salah satunya karena tidak memerlukan adanya server yang
memiliki kemampuan khusus untuk mengorganisasikan dan menyediakan fasilitas
jaringan.
3.
Kelangsungan
kerja jaringan tidak tergantung pada satu server. Sehingga bila salah satu
komputer/peer mati atau rusak, jaringan secara keseluruhan tidak akan mengalami
gangguan.
Kelemahan Jaringan Peer To Peer
1.
Troubleshooting
jaringan relatif lebih sulit, karena pada jaringan tipe peer to peer setiap
komputer dimungkinkan untuk terlibat dalam komunikasi yang ada. Di jaringan
client-server, komunikasi adalah antara server dengan workstation.
2.
Unjuk
kerja lebih rendah dibandingkan dengan jaringan client- server, karena setiap
komputer/peer isamping harus mengelola emakaian fasilitas jaringan juga harus
mengelola pekerjaan atau aplikasi sendiri.
3.
Sistem
keamanan jaringan ditentukan oleh masing-masing user dengan mengatur masing-
masing fasilitas yang dimiliki.
4.
Karena
data jaringan tersebar di masing-masing komputer dalam jaringan, maka backup
harus dilakukan oleh masing- masing komputer tersebut.
b. Teknologi
client-server
Keuntungan
Client-Server
1.
Client-server
mampu menciptakan aturan dan kewajiban komputasi secara terdistribusi.
2.
Mudah
dalam maintenance. Memungkinkan untuk mengganti, memperbaiki server tanpa
mengganggu client.
3.
Tempat
penyimpanan terpusat, update data mudah. Pada peer-to-peer, update data sulit.
4.
Mendukung
banyak clients berbeda dan kemampuan yang berbeda pula
Kerugian
Client-Server
1.
Traffic
congestion on the network, jika banyak client mengakses ke server secara
simultan, maka server akan overload.
2.
Berbeda dengan P2P network, dimana
bandwidthnya meningkat jika banyak client merequest. Karena bandwidth berasal
dari semua komputer yang terkoneksi kepadanya.
3.
kelangsungan
jaringan bergantung pada server, bila jaringan pada server terganggu, maka
semua akan ikut terganggu
3.
Jelaskan
tentang perkembangan teknologi wireless yang meliputi hardware, sistem operasi
dan program aplikasi yang digunakan pada perangkat wireless!
algoritma
penjadualan (scheduling algorithm). Dengan metode akses kompetisi, maka
layanan seperti Voice over IP atau IPTV yang tergantung kepada Kualitas Layanan
(Quality of Service) yang stabil menjadi kurang baik. Sedangkan pada
WiMax, dimana digunakan algoritma penjadualan, maka bila setelah sebuah
terminal mendapat garansi untuk memperoleh sejumlah sumber daya (seperti timeslot), maka jaringan
nirkabel akan terus memberikan sumber daya ini selama terminal membutuhkannya.
Standar WiMax pada awalnya dirancang untuk rentang frekuensi 10 s.d. 66
GHz. 802.16a, diperbaharui pada 2004 menjadi 802.16-2004 (dikenal juga dengan
802.16d) menambahkan rentang frekuensi 2 s.d. 11 GHz dalam spesifikasi. 802.16d
dikenal juga dengan fixed
WiMax, diperbaharui lagi menjadi 802.16e pada tahun 2005 (yang dikenal
dengan mobile WiMax) dan
menggunakan orthogonal frequency-division multiplexing (OFDM) yang lebih
memiliki skalabilitas dibandingkan dengan standar 802.16d yang menggunakan OFDM
256 sub-carriers.
Penggunaan OFDM yang baru ini memberikan keuntungan dalam hal cakupang,
instalasi, konsumsi daya, penggunaan frekuensi dan efisiensi pita frekuensi.
WiMax yang menggunakan standar 802.16e memiliki kemampuan hand over atau hand
off, sebagaimana layaknya pada komunikasi selular.
Banyaknya institusi yang tertarik atas standar 802.16d dan .16e karena
standar ini menggunakan frekuensi yang lebih rendah sehingga lebih baik
terhadap redaman dan dengan demikian memiliki daya penetrasi yang lebih baik di
dalam gedung. Pada saat ini, sudah ada jaringan yang secara komersial
menggunakan perangkat WiMax bersertifikasi sesuai dengan standar 802.162.
Spesifikasi WiMax membawa perbaikan atas keterbatasan-keterbatasan
standar WiFi dengan memberikan lebar pita yang lebih besar dan enkripsi yang
lebih bagus. Standar WiMax memberikan koneksi tanpa memerlukan Line of Sight (LOS) dalam situasi tertentu. Propagasi
Non LOS memerlukan standar .16d atau revisi 16.e, karena diperlukan frekuensi
yang lebih rendah. Juga, perlu digunakan sinyal muli-jalur (multi-path
signals), sebagaimana standar 802.16n.
Selain itu, dapat melayani baik para
pengguna dengan antena tetap (fixed wireless) misalnya di gedung-gedung
perkantoran, rumah tinggal, toko-toko, dan sebagainya, maupun yang sering
berpindah-pindah tempat atau perangkat mobile lainnya. Mereka bisa merasakan
nikmatnya ber-Internet broadband lewat media ini. Sementara range spektrum
frekuensi yang tergolong lebar, maka para pengguna tetap dapat terkoneksi
dengan BTS selama mereka berada dalam range frekuensi operasi dari BTS.
Sistem kerja MAC-nya (Media Access Control) yang ada pada Data Link
Layer adalah connection oriented, sehingga memungkinkan penggunanya melakukan
komunikasi berbentuk video dan suara. Siapa yang tidak mau, ber-Internet murah,
mudah, dan nyaman dengan kualitas broadband tanpa harus repot-repot. Anda
tinggal memasang PCI card yang kompatibel dengan standar WiMAX, atau tinggal
membeli PCMCIA (Personal Computer Memory Card International Association) yang
telah mendukung komunikasi dengan WiMAX. Atau mungkin Anda tinggal membeli
antena portabel dengan interface ethernet yang bisa dibawa ke mana-mana untuk
mendapatkan koneksi Internet dari BTS untuk fixed wireless.
Test Equipment WiMAX
§
Rohde & Schwarz (see also the Rohde
& Schwarz WiMAX homepage)
§
Agilent Technologies (see also the Agilent
WiMAX homepage)
§
Sanjole (see
also the Sanjole homepage)
Vendor / Manufactures WiMAX
Berikut adalah perusahaan pembuat perangkat WiMAX
§ Motorola
§ Aperto
§ EION
§ Xirka
WiMAX di Indonesia
Di Indonesia, izin prinsip
penyelenggaraan jaringan WiMAX di frekuensi 2,3 GHz diberikan melalui proses lelang yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Pos dan TelekomunikasiDepkominfo yang
hasilnya diumumkan pada 16 Juli 2009 [1][2]. Hasil lelangnya adalah:
Zona
|
Wilayah
|
Pemenang
|
Nilai (Rp)
|
1
|
PT First Media
|
7.201.000.000
|
|
2
|
Sumatera Bagian Tengah *)
|
PT Berca Hardaya Perkasa
|
5.125.000.000
|
3
|
Sumatera Bagian Selatan *)
|
PT Berca Hardaya Perkasa
|
5.125.000.000
|
4
|
Banten dan Jabodetabek
|
PT First Media
|
121.201.000.000
|
5
|
PT Comtronic System dan PT Adiwarta
Perdana (konsorsium)
|
25.218.000.000
|
|
6
|
PT Telkom
|
18.654.000.000
|
|
7
|
PT Comtronic System dan PT Adiwarta
Perdana (konsorsium)
|
31.518.000.000
|
|
8
|
PT Berca Hardaya Perkasa
|
5.100.000.000
|
|
9
|
PT Telkom
|
775.000.000
|
|
10
|
Maluku dan
Maluku Utara
|
PT Telkom
|
533.000.000
|
11
|
PT Berca Hardaya Perkasa
|
5.299.000.000
|
|
12
|
Sulawesi Bagian Utara
|
PT Telkom , PT JASNITA TELEKOMINDO
|
1.177.000.000
|
13
|
PT Berca Hardaya Perkasa
|
6.991.000.000
|
|
14
|
Kalimantan Bagian Timur
|
PT Berca Hardaya Perkasa
|
3.490.000.000
|
15
|
PT Berca Hardaya Perkasa
|
4.000.000.000.
|
§ Sumatera Bagian Tengah
meliputi : Riau, Kepri, Sumatera Barat
Operator 4G WiMAX Pertama di Indonesia
Sitra WiMAX adalah operator 4G WiMAX
pertama di Indonesia yang meluncurkan layanan 4G Wireless Broadband di bulan
Juni 2010. Sitra WiMAX adalah bagian dari Lippo Group dan merek dagang terbaru
dari PT. Firstmedia Tbk. Sitra WiMAX akan melayani 4G Wireless Broadband
pertama di Indonesia di daerah terpadat dan sekaligus memiliki hak izin BWA
termahal yaitu di coverage Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Propinsi
Banten, Sumatera Utara, dan Propinsi NAD. Sebelum hadir secara komersial untuk
publik, Sitra telah melayani sedikitnya 2000 pelanggan di kawasan Jakarta Barat
dan Karawaci yang mendapatkan layanan ujicoba gratis sejak September 2010.
Catatan :
Sumber :
1.
(http://www.beritanet.com/Technology/Communication/seluk-beluk
telematika.htm)
2.
(http://www.total.or.id/info.php?kk=Telematics)
3.
(http://www.law.ui.ac.is/lama/telematika/index.htm)
4.
(http://www.scribd.com/doc/9966434/perkembangan-Telematika-Di-Indonesia)
5.
(http://id.wikipedia.org/wiki/WiMAX)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar