Kemacetan adalah situasi atau
keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh
banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi
di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik
atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan
penduduk, misalnya Jakarta
Arus lalu-lintas yang macet di
Jakarta menyebabkan betapa sakit jiwanya pemerintah dan penduduk Jakarta karena
betapa ngototnya pemerintah dan penduduk ibu kota tersebut dengan kemacetan,
hal ini terbukti semakin parahnya kemacetan akhir-akhir ini.
Kemacetan di Jakarta sebenarnya
adalah potret lalu lintas di Indonesia, bukankah ibukota merupakan gambaran
suatu negara, ini berarti peringatan bagi kota-kota di daerah untuk menata
daerahnya, supaya tidak seperti Jakarta beberapa tahun yang akan datang. Ini
tantangan bagi pemerintah daerah untuk lebih baik dari Jakarta. Alternatif
pemecahan untuk kemacetan di Jakarta sudah banyak di tawarkan bahkan sudah
diterapkan diantaranya, three ini one untuk jalan tertentu, busway, kereta api
dalam kota (Ciliwung Blu Line), kendaraan yang boleh beroperasi di Jakarta
untuk nomor kendaraan ganjil atau genap pada hari tertentu dan
sebagainya.
Kemacetan kian tak mengenal waktu di
Jakarta. Tak hanya pada hari kerja dan jam sibuk, kemacetan juga mendera warga
Jakarta di akhir pekan di luar jam sibuk di sejumlah ruas jalan di ibu kota.
Padatnya jalanan Jakarta di akhir
pekan tak hanya karena padatnya volume kendaraan yang melintas. Hambatan
seperti angkutan umum yang berhenti sembarangan untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang, angkot ngetem di tepi jalan, dan putaran balik arah.
Antrean kendaraan masuk pusat
perbelanjaan, seperti di Slipi Jaya dan Mal Taman Anggrek, juga menyumbang
kemacetan lalu lintas.
Tampak beberapa polisi berusaha
mengatur agar kendaraan tidak menumpuk di satu titik. Namun, jumlah petugas
tidak sebanding dengan banyaknya kendaraan yang melintas.
Kalau sudah seperti ini salah
siapa??? Pemerintah yang tidak bisa mengatur dan penataan kotanya atau produksi
kendaraan yang semakin hari semakin banyak. Kita bayangkan saja perbaikan dan
penambahan jalur di jalanan ibu kota tidak sebanding dengan produksi motor yang
ditargetkan oleh produsen motor 1 hari bisa mencapai kurang lebih 3000 motor
untuk daerah JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) .
Itu hanya dari 1 produsen motor, belum lagi produsen motor lainnya dan juga
produsen mobil.
Di Jakarta ini untuk 1 keluarga
misalkan beranggota 6 orang dan setiap 1 orang mengendarai 1 kendaraan bermotor
bisa kita bayangkan kendaraan bermotor yang menumpuk dijalan raya. Dan juga
dilema warga Jakarta untuk naik angkutan umum, kalau dihitung-hitung naik kendaraan
umum yang tarifnya semakin mahal dan tidak aman, ini salah satu yang memicu
lebih baik beli kendaraan pribadi yang lebih aman dan murah karena kapan kita
ada keperluan bisa langsung pergi dan bila dihitung tariff naik angkutan umum
dengan biaya cicilan motor hampir sama bisa dibiliang malah lebih murah cicilan
motor.
Jadi sekali lagi ini
salah siapa????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar